Ujian Nasional 2025, Siap Uji Mental atau Hanya Tambah Beban?

By Administrator 13 Jan 2025, 08:59:34 WIB Pendidikan
Ujian Nasional 2025, Siap Uji Mental atau Hanya Tambah Beban?

Gambar : UN IS BACK


Rencana kembalinya Ujian Nasional (UN) pada tahun 2025 telah memicu beragam reaksi dari berbagai kalangan, terutama para pendidik dan siswa. Kebijakan ini tentu saja membawa angin segar sekaligus tantangan baru dalam dunia pendidikan kita. Namun, pertanyaan mendasar yang perlu kita renungkan adalah: Apakah UN benar-benar mampu mengukur kompetensi siswa secara komprehensif dan adil? Ataukah justru akan menjadi beban tambahan yang menghambat proses pembelajaran yang lebih kreatif dan bermakna?

Selama beberapa tahun terakhir, kita telah menyaksikan berbagai upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu langkah signifikan adalah penghapusan UN dan digantinya dengan Asesmen Nasional. Kebijakan ini diharapkan dapat mengurangi beban siswa dan memberikan ruang yang lebih luas bagi sekolah untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Namun, dengan rencana kembalinya UN, kita seakan kembali ke titik awal. Pertanyaannya adalah, apa yang telah berubah sejak penghapusan UN? Apakah masalah-masalah yang menjadi dasar penghapusan UN telah teratasi? Ataukah kita hanya mengulang kesalahan yang sama?

Salah satu kekhawatiran utama terkait kembalinya UN adalah dampaknya terhadap kesehatan mental siswa. Tekanan yang berlebihan akibat persiapan UN dapat memicu stres, kecemasan, bahkan depresi pada siswa. Hal ini tentu saja akan menghambat proses belajar mereka dan berdampak negatif pada perkembangan psikologis mereka.

Selain itu, UN juga seringkali dianggap sebagai alat ukur yang tidak adil. Fokus UN yang terlalu sempit pada penguasaan materi pelajaran tertentu dapat mengabaikan aspek-aspek penting lainnya seperti kreativitas, keterampilan berpikir kritis, dan kemampuan berkomunikasi. Akibatnya, siswa yang memiliki potensi di bidang lain mungkin akan merasa terpinggirkan.

Kembali ke UN juga berpotensi memunculkan kembali praktik-praktik yang tidak sehat di sekolah, seperti bimbel maraton dan jual beli soal. Hal ini tentu saja akan merugikan siswa yang tidak memiliki akses terhadap sumber daya yang memadai.

Namun, di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa UN diperlukan untuk menjaga standar mutu pendidikan nasional. Dengan adanya UN, sekolah akan termotivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat.

Lalu, apa yang harus kita lakukan?

Pertama, kita perlu melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap dampak penghapusan UN. Apakah Asesmen Nasional telah berhasil mencapai tujuannya? Jika belum, apa yang perlu diperbaiki?

Kedua, kita perlu merancang kembali sistem penilaian yang lebih holistik dan berorientasi pada kompetensi. Penilaian tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses pembelajaran.

Ketiga, kita perlu memberikan dukungan yang lebih baik kepada guru dan siswa dalam menghadapi perubahan sistem penilaian. Guru perlu diberikan pelatihan yang memadai untuk merancang pembelajaran yang berpusat pada siswa, sedangkan siswa perlu dibimbing untuk mengembangkan keterampilan belajar mandiri.

Keempat, kita perlu melibatkan semua pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan terkait kebijakan pendidikan. Pendapat guru, siswa, orang tua, dan masyarakat perlu didengar dan dipertimbangkan.

Kesimpulan

Keputusan untuk kembali melaksanakan UN merupakan langkah yang perlu dikaji secara mendalam. Kita perlu menimbang baik dampak positif maupun negatifnya terhadap siswa, guru, dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Yang terpenting adalah, kita harus memastikan bahwa kebijakan pendidikan yang diambil selalu berpihak pada kepentingan terbaik bagi peserta didik.

Pertanyaan yang perlu kita jawab bersama:

  • Apakah UN benar-benar solusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia?
  • Bagaimana kita dapat merancang sistem penilaian yang lebih adil dan relevan dengan kebutuhan abad ke-21?
  • Apa yang dapat kita lakukan untuk mengurangi beban siswa dan meningkatkan motivasi belajar mereka?

Mari kita bersama-sama mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, agar pendidikan di Indonesia dapat semakin berkualitas dan bermartabat.

#JurnalistikSMALA




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment